Manusia tentunya dianugerahi Tuhan bakat dalam bidang tertentu. Dan anggap saja Anda mempunyai bakat tersebut. Tentunya bangga, bukan? Bakat tersebut dapat dikategorikan di bidang akademis maupun non akademis.
Inilah yang akan saya bahas, "Banggakah Anda memiliki bakat tersebut?"
Saya sendiri merasa beruntung dianugerahi Tuhan bakat. Sebut saja salah satu bakat yang benar-benar saya akui yaitu menggambar.
"Pintar gambar? Bangga dong berarti??"
"Enak banget bisa gambar. Saya jadi iri..."
"Ngapa kamu pintar gambar sih? Pengen jadi seperti kamu."
Yup, kira-kira begitulah apa yang dikatakan orang disekitar saya. Tapi, apa yang mau saya gali yaitu bagaimana konsekuensinya. Saya tentu bukannya tidak mau mensyukuri anugerah Tuhan tersebut, tapi saya ingin Anda berpikir kritis.
Inilah yang terjadi akhir-akhir ini kepada saya. Salah satu mata pelajaran di sekolah, yaitu Seni Budaya, ada kompetensi dasar mengenai Perspektif.
Perspektif mengacu kepada gambar 3 dimensi suatu bangun atau ruang. Yah, berarti gambar-gambar gitu...
Ketika ada libur memperingati perayaan keagamaan, guru seni budaya memberikan kelas sebuah tugas, yaitu membuat perspektif.
"Tugas? Tancap ajalah."
Pikir saya...
Jujur, saya menghadapi tugas itu dengan santai, bukannya sombong, tapi memang tugas tersebut lebih sulit daripada tugas yang diberikan guru pada umumnya. Jangan keburu stress kalau menghadapi tugas-tugas.
Bila ada usaha, pasti ada hasil. Alhasil, selama hampir 1 jam, saya mengotak-atik soal tersebut dan menemukan solusi dari tugas tersebut. Menurut saya ini sudah lumayan, bisa mengerjakan & menyelesaikan tugas dengan usaha sendiri.
Banyak teman saya yang mengatakan, "Apaan soal ini? Gila, susah banget!", atau "Bisa gila ngerjain soal ini."
Memang, awalnya saya juga berpikir begitu. Tapi setelah usaha, kemauan & mengotak-atik, alhasil saya dapat mengerjakannya.
Esoknya, 'malapetaka' pun muncul. Di sekolah, kebanyakan teman saya belum membuatnya & baru mulai akan membuat. Banyak yang bertanya kepada saya, "Kamu selesai belum?".
Yah, bukannya mau nyombongin diri, tapi Tuhan bilang nggak boleh bohong kan? Ahahaahah =))
Jadinya saya jawab, "Sudah, tapi nggak tahu bener atau salah."
Yah, langsung deh banyak yang manggil-manggil nama saya -__-"
Baru ngurusin temen yang satu, dipanggil sama temen yang satunya lagi, dan seterusnya.
Dan jujur, saya memang waktu itu langsung stress, tidak bisa menahan emosi lagi. Yah akhirnya terlanjur kesal. Pernah sampai saya berpikir, "Kenapa saya dikasih bakat ini?".
. . .
Bersyukur bisa mempunyai bakat memang memudahkan, terutama seperti pengalaman saya tadi. Tugas jadi cepat selesai. Bila Anda adalah orang yang bisa dikatakan baik dalam lingkungan pergaulan Anda, maka hati-hatilah. Mungkin hal seperti pengalaman saya tadi bisa terjadi kepada diri Anda.
Tentunya dalam menghadapi hal tersebut, haruslah disertakan dengan kontrol emosi diri Anda sendiri. Tentunya bila Anda adalah orang yang kurang penyabar.
Tetapi ambillah maknanya, Anda membantu orang yang kesusahan :)
Semoga pengalaman saya berguna bagi Anda.
Terima kasih.
Inilah yang akan saya bahas, "Banggakah Anda memiliki bakat tersebut?"
Saya sendiri merasa beruntung dianugerahi Tuhan bakat. Sebut saja salah satu bakat yang benar-benar saya akui yaitu menggambar.
"Pintar gambar? Bangga dong berarti??"
"Enak banget bisa gambar. Saya jadi iri..."
"Ngapa kamu pintar gambar sih? Pengen jadi seperti kamu."
Yup, kira-kira begitulah apa yang dikatakan orang disekitar saya. Tapi, apa yang mau saya gali yaitu bagaimana konsekuensinya. Saya tentu bukannya tidak mau mensyukuri anugerah Tuhan tersebut, tapi saya ingin Anda berpikir kritis.
Inilah yang terjadi akhir-akhir ini kepada saya. Salah satu mata pelajaran di sekolah, yaitu Seni Budaya, ada kompetensi dasar mengenai Perspektif.
Perspektif mengacu kepada gambar 3 dimensi suatu bangun atau ruang. Yah, berarti gambar-gambar gitu...
Ketika ada libur memperingati perayaan keagamaan, guru seni budaya memberikan kelas sebuah tugas, yaitu membuat perspektif.
"Tugas? Tancap ajalah."
Pikir saya...
Jujur, saya menghadapi tugas itu dengan santai, bukannya sombong, tapi memang tugas tersebut lebih sulit daripada tugas yang diberikan guru pada umumnya. Jangan keburu stress kalau menghadapi tugas-tugas.
Bila ada usaha, pasti ada hasil. Alhasil, selama hampir 1 jam, saya mengotak-atik soal tersebut dan menemukan solusi dari tugas tersebut. Menurut saya ini sudah lumayan, bisa mengerjakan & menyelesaikan tugas dengan usaha sendiri.
Banyak teman saya yang mengatakan, "Apaan soal ini? Gila, susah banget!", atau "Bisa gila ngerjain soal ini."
Memang, awalnya saya juga berpikir begitu. Tapi setelah usaha, kemauan & mengotak-atik, alhasil saya dapat mengerjakannya.
Esoknya, 'malapetaka' pun muncul. Di sekolah, kebanyakan teman saya belum membuatnya & baru mulai akan membuat. Banyak yang bertanya kepada saya, "Kamu selesai belum?".
Yah, bukannya mau nyombongin diri, tapi Tuhan bilang nggak boleh bohong kan? Ahahaahah =))
Jadinya saya jawab, "Sudah, tapi nggak tahu bener atau salah."
Yah, langsung deh banyak yang manggil-manggil nama saya -__-"
Baru ngurusin temen yang satu, dipanggil sama temen yang satunya lagi, dan seterusnya.
Dan jujur, saya memang waktu itu langsung stress, tidak bisa menahan emosi lagi. Yah akhirnya terlanjur kesal. Pernah sampai saya berpikir, "Kenapa saya dikasih bakat ini?".
. . .
Bersyukur bisa mempunyai bakat memang memudahkan, terutama seperti pengalaman saya tadi. Tugas jadi cepat selesai. Bila Anda adalah orang yang bisa dikatakan baik dalam lingkungan pergaulan Anda, maka hati-hatilah. Mungkin hal seperti pengalaman saya tadi bisa terjadi kepada diri Anda.
Tentunya dalam menghadapi hal tersebut, haruslah disertakan dengan kontrol emosi diri Anda sendiri. Tentunya bila Anda adalah orang yang kurang penyabar.
Tetapi ambillah maknanya, Anda membantu orang yang kesusahan :)
Semoga pengalaman saya berguna bagi Anda.
Terima kasih.
No comments:
Post a Comment